Sekilas uraian harapan kami, sebagai Pengurus Yayasan Bedah Harapan Bangsa bersama Pengelola Rumah-Rumah Tahfidz Qur'an se Sulawesi Tenggara
Dari kecil kami belajar bidang agama dan al qur’an, Kami juga kepingin berdagang atau bertani, namun kami tidak memiliki keterampilan itu, menjadi pekerja bangunan, keterampilan kami tidak mendukung profesi muliya ini, untuk menjadi abdi negara lowongan sangat kompetitif, hendak mendirikan pondok pesantren seperti dalam mimpi dan ilmu kami, membutuhkan biaya dan modal yang tidak sedikit, mendirikan rumah-rumah tahfidz gratis, sepertinya, apa mungkin masih ada yang peduli pada pengabdian ini ?.
Kami harus bagaimana, menerawang masa depan, anak, istri membutuhkan sosok kepala keluarga yang memiliki profesi, telah kami coba hingga 5 sampai 10 tahun lamanya menekuni profesi guru pengajian keliling, namun menjelang usia 40 s.d 50 tahun, tenaga kami sudah tidak mendukung lagi.
Sekarang saatnya urat malu di raut wajah mengalahkan impian kami untuk memperjuangkan hak hidup dan siar agama Allah, berbekal iman dan taqwa dengan ucapan bismillahirahmaanirrahiim, Insya Allah khalayak publik bersama mimpi kami.
Kami harus bagaimana, menerawang masa depan, anak, istri membutuhkan sosok kepala keluarga yang memiliki profesi, telah kami coba hingga 5 sampai 10 tahun lamanya menekuni profesi guru pengajian keliling, namun menjelang usia 40 s.d 50 tahun, tenaga kami sudah tidak mendukung lagi.
Sekarang saatnya urat malu di raut wajah mengalahkan impian kami untuk memperjuangkan hak hidup dan siar agama Allah, berbekal iman dan taqwa dengan ucapan bismillahirahmaanirrahiim, Insya Allah khalayak publik bersama mimpi kami.